Hendri Kampai: Di Indonesia Bukan Hanya Pertamax yang Dioplos, Pemain Sepakbola Pun Dioplos Melalui Naturalisasi

2 weeks ago 16

OLAHRAGA - Sepak bola Indonesia telah lama menjadi perhatian publik, baik karena prestasi yang masih tertinggal dibanding negara-negara lain di Asia, maupun karena berbagai kebijakan kontroversial yang diambil oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Salah satu kebijakan yang belakangan ini menuai pro dan kontra adalah penggunaan pemain naturalisasi sebagai strategi untuk meningkatkan performa tim nasional.

Di bawah kepemimpinan Erick Thohir sebagai Ketua PSSI, kebijakan ini semakin digencarkan dengan merekrut pemain-pemain keturunan yang memiliki darah Indonesia, maupun pemain asing yang dinaturalisasi untuk memperkuat tim nasional. Namun, apakah langkah ini benar-benar menjadi solusi jangka panjang bagi sepak bola Indonesia? Ataukah ini hanya strategi instan yang lebih menekankan pada pencitraan keberhasilan ketimbang membangun fondasi sepak bola yang kuat?

Pemain Naturalisasi: Jalan Pintas yang Merugikan Regenerasi Sepak Bola Indonesia  
Naturalisasi pemain di dunia sepak bola bukanlah fenomena baru. Banyak negara yang telah menggunakan strategi ini untuk memperkuat tim nasional mereka, terutama negara-negara dengan kompetisi domestik yang belum berkembang. Namun, di Indonesia, naturalisasi lebih sering menjadi solusi instan tanpa perencanaan jangka panjang.  

Ketika pemain asing atau keturunan dinaturalisasi dan langsung masuk ke dalam skuad utama tim nasional, para pemain lokal yang telah lama berlatih dan berkembang di kompetisi domestik akhirnya kehilangan kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka. Hal ini berpotensi membunuh regenerasi sepak bola Indonesia karena pemain muda tidak memiliki jalur yang jelas untuk berkembang ke tingkat internasional.  

Kebijakan ini juga mencerminkan kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan pemain asli Indonesia. Alih-alih membangun sistem pembinaan yang baik dan menciptakan ekosistem sepak bola yang kompetitif dari usia dini, PSSI justru memilih jalan pintas dengan mengandalkan pemain naturalisasi. Padahal, jika infrastruktur sepak bola, pelatih, dan sistem pembinaan diperbaiki, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menghasilkan pemain-pemain berkualitas dari dalam negeri sendiri.

Kebutuhan Utama: Pelatih yang Kompeten dan Sistem Pembinaan yang Baik  
Salah satu permasalahan utama sepak bola Indonesia bukanlah kurangnya talenta, melainkan buruknya sistem pembinaan dan kurangnya pelatih yang kompeten. Banyak pemain muda berbakat yang akhirnya tidak berkembang karena mereka tidak mendapatkan pelatihan yang tepat sejak dini.  

Di banyak negara dengan sistem sepak bola yang maju, seperti Jepang dan Korea Selatan, investasi besar dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelatih. Mereka mendatangkan pelatih-pelatih kelas dunia untuk mengembangkan metode pelatihan yang lebih modern dan berbasis sains olahraga. Dengan demikian, regenerasi pemain berjalan dengan baik, dan pemain lokal memiliki kesempatan untuk berkembang di level tertinggi.  

Indonesia seharusnya belajar dari negara-negara ini. Alih-alih menghabiskan dana besar untuk merekrut pemain naturalisasi yang hanya bisa memperkuat tim dalam jangka pendek, PSSI seharusnya berinvestasi pada pengembangan pelatih-pelatih lokal dan mendatangkan pelatih asing berkualitas untuk membangun sistem pelatihan yang kuat. Dengan cara ini, Indonesia bisa mencetak pemain-pemain berkualitas yang lahir dari kompetisi domestik sendiri, bukan hanya mengandalkan pemain asing.

Pencitraan Erick Thohir: Fokus pada Keberhasilan Instan  
Sejak menjabat sebagai Ketua PSSI, Erick Thohir telah melakukan berbagai langkah untuk membawa perubahan dalam sepak bola Indonesia. Namun, banyak kebijakannya yang lebih berorientasi pada hasil instan dan pencitraan dibandingkan dengan pembangunan jangka panjang.  

Penggunaan pemain naturalisasi menjadi salah satu kebijakan yang terlihat efektif dalam meningkatkan performa tim nasional dalam jangka pendek. Namun, kebijakan ini juga bisa menjadi bumerang karena tidak menyelesaikan akar permasalahan sepak bola Indonesia. Ketika Erick Thohir menargetkan keberhasilan cepat, ia bisa saja mengabaikan langkah-langkah penting yang seharusnya dilakukan untuk membangun sepak bola Indonesia dari akar rumput.  

Jika strategi ini terus berlanjut, Indonesia akan selalu bergantung pada pemain naturalisasi dan tidak akan pernah memiliki tim nasional yang benar-benar dibangun dari pemain lokal berkualitas. Ini bukanlah sebuah kebanggaan, melainkan kegagalan dalam membangun sepak bola yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

Bangun Fondasi yang Kokoh, Bukan Sekadar Pemanis Sesaat  
Sepak bola Indonesia tidak membutuhkan solusi instan yang hanya akan menguntungkan dalam jangka pendek. Yang lebih dibutuhkan adalah pembinaan pemain muda yang lebih serius, peningkatan kualitas pelatih, serta pembangunan infrastruktur yang mendukung perkembangan pemain lokal.  

Alih-alih terus mencari pemain naturalisasi untuk memenuhi ambisi jangka pendek, PSSI seharusnya berinvestasi dalam membangun sistem sepak bola yang kuat dari akar rumput. Dengan cara ini, Indonesia bisa memiliki tim nasional yang benar-benar mencerminkan kualitas dan potensi pemain-pemain lokal, bukan sekadar tim berisi pemain asing yang diberikan paspor Indonesia.  

Jika PSSI benar-benar serius dalam membangun sepak bola Indonesia, mereka harus berhenti mencari jalan pintas dan mulai bekerja dari dasar dengan memperbaiki ekosistem sepak bola secara keseluruhan. Karena pada akhirnya, sepak bola yang kuat bukanlah tentang siapa yang menang di pertandingan hari ini, melainkan tentang bagaimana kita menciptakan generasi pemain hebat di masa depan.

Jakarta, 13 Maret2025
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

Read Entire Article
Olahraga Sehat| | | |